Skip to main content

memaksimalkan peran tumbuhan

Sudah saatnya sebuah rumah berkesinambungan dengan lingkungannya. Agar itu tercipta, banyak hal mesti dilakukan. Tujuannya, untuk menurunkan dampak negatif pada rumah dan lingkungannya.

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lingkungan. Kini ”ekologi” tidak hanya sekadar ilmu lingkungan, tetapi juga berkembang menjadi ilmu yang mempelajari hubungan sebab-akibat antara manusia dengan lingkungannya. Interaksi keduanya membuat siklus kehidupan yang saling berdampingan dan berkesinambungan.

Dewasa ini, interaksi antara manusia dengan lingkungannya kembali digulirkan. Sayangnya yang didengung-dengungkan itu menyangkut hal negatif akibat ulah manusia terhadap lingkungannya. Salah satu isu yang sedang hangat adalah isu pemanasan global atau peningkatan suhu Bumi. Ini sebagai akibat dari terperangkapnya gas CO2 di permukaan Bumi.

Proses yang biasa disebut dengan efek rumah kaca (green house effect) ini lantas dihubung-hubungkan dengan perubahan iklim yang menjurus ke hal ekstrem, yakni bencana alam, meningkatnya tinggi muka air laut, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan makanan, sampai timbulnya berbagai ancaman penyakit. Tentang efek negatif itu, yang disalahkan lagi-lagi manusia penghuni Bumi.

Bagaimana hal itu terjadi? Dalam membangun komunitas dan lingkungan, manusia sering melakukan pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungannya. Kebutuhan akan tempat tinggal berefek menggerus lahan-lahan hijau yang semula untuk resapan air atau sumber udara sehat. Gaya hidup modern berdampak pada pengerukan sumber daya alam hingga batas yang sulit terkontrol. Ini semua berpotensi merusak lingkungan, sehingga menghasilkan efek-efek negatif seperti di atas.

Kini sudah saatnya kita peduli pada lingkungan. Rumah tempat kita tinggal adalah bagian dari lingkungan yang sudah seharusnya kita lestarikan. Salah satu langkah untuk pelestarian lingkungan itu adalah membangun bangunan –dalam hal ini rumah– berkonsep ekologis. Rumah yang demikian ini pada dasarnya memperhatikan sumber daya alam sebagai kesatuan dari lingkungan yang akan dibentuk.

Istilah green design, sustainable design, ecological design adalah tren yang memang harus dikedepankan. Ini bukan semata-mata untuk “gaya-gayaan”, tetapi keadaan yang mengharuskan rumah tinggal kita dirancangan sedemikian. Desain yang tepat serta memperhatikan iklim dan lingkungan akan berdampak positif pada kualitas hidup penghuni rumah.

Empat Aspek

Bagaimana membangun rumah berkonsep ekologis tadi? Rumah berkonsep ekologis tidak lepas dari peran tumbuhan hijau sebagai alat produksi oksigen. Oksigem membuat udara menjadi lebih sejuk. Tumbuhan memberi keteduhan alami, mengurangi kebisingan, dan mengurangi debu. Tumbuhan hijau juga dapat dimaksimalkan penempatannya, seperti di atap dan dinding bangunan, sehingga lingkungan mikro menjadi lebih sejuk, nyaman, dan segar.

Untuk itu, komposisi bangunan dan lahan harus diperhatikan. Komposisi itu dikenal sebagai perbandingan Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) dengan Koefisien Dasar Hijau (KDH). Standarnya antara 70:30 hingga 60:40.

Selain masalah perbandingan KDB dan KDH tadi, ada empat aspek yang juga perlu diketahui dalam membuat desain yang berbasis lingkungan.

– Pertama adalah energi sebagai sumber daya yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia. Selama ini kita mengenal listrik sebagai sumber tak tergantikan untuk menghidupkan lampu, menyalakan AC, menonton TV, dan lain-lain. Kini kita harus berhemat, dan menggantikan sumber energi itu dengan energi terbarukan, seperti solar photo-voltaic yang menghimpun panas matahari menjadi energi listrik. Selain itu, memaksimalkan pengudaraan buatan dengan rancangan ventilasi silang, penggunaan void, dan ventilasi yang benar, serta teritisan lebar untuk menangkal panas matahari langsung. Semua itu dapat mengurangi penggunaan lampu dan AC, sehingga dapat mengurangi penggunaan energi listrik.

– Kedua adalah air sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup manusia. Kita harus mulai memahami istilah reduce, reuse, recycle. Ketiga istilah itu bisa diterapkan untuk menangani masalah air untuk rumah tinggal kita. Mengurangi penggunaan air berlebih, serta menggunakan limbah air bekas mandi dan cuci dengan proses daur untuk digunakan kembali sebagai air untuk menyiram tanaman dan mobil.

– Ketiga adalah material. Modifikasi material yang telah usang menjadi suatu barang yang bisa dimanfaatkan adalah langkah yang baik. Reduksi material dan penggunaan material lokal juga dapat mengurangi penggunaan energi berlebih dari transportasi yang digunakan –transportasi menyumbang gas buang CO2.

– Keempat adalah kesehatan. Penghuni rumah tidak boleh sedikit pun terkena dampak yang merugikan bagi kesehatannya. Energi, air, dan material harus bebas dari racun dan limbah yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Pemilihan jenis finishing yang non-toxic dan tidak beracun, serta penanganan limbah cair dan sampah dengan tepat akan berdampak positif bagi kesehatan.

Keempat aspek di atas kini harus menjadi acuan kita dalam membangun, menghuni, sampai proses merenovasi rumah. Dengan penerapan desain yang berbasis ekologis, kita dan rumah kita dapat berperan untuk memperpanjang kelangsungan hidup Bumi dan seisinya. So….. ayo kita mulai melangkah ke sana! *

7 Trik Menyiasati Lingkungan

1. Menghemat energi listrik dan menggantikannya dengan sumber energi terbaru, seperti solar photo-voltaic.

2. Memaksimalkan pengudaraan buatan dengan rancangan ventilasi silang, penggunaan void, dan ventilasi yang benar, serta teritisan lebar untuk menangkal panas matahari langsung untuk mengurangi penggunaan lampu dan AC, sehingga dapat mengurangi penggunaan energi listrik.

3. Mengurangi penggunaan air berlebih, serta menggunakan limbah air bekas mandi dan cuci dengan proses daur untuk digunakan kembali sebagai air untuk menyiram tanaman dan mobil.

4. Modifikasi material yang telah usang menjadi suatu barang yang bisa dimanfaatkan.

5. Reduksi material dan penggunaan material lokal untuk mengurangi penggunaan energi berlebih dari transportasi yang digunakan –transportasi menyumbang gas buang CO2.

6. Energi, air, dan material harus bebas dari racun dan limbah yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya.

7. Pemilihan jenis finishing yang non-toxic dan tidak beracun, serta penanganan limbah cair dan sampah dengan tepat  akan berdampak positif bagi kesehatan.

Dikutip dari majalah iDEA 48/2008. Rubrik Perspektif, halaman 56-57.
Teks dan ilustrasi: Riri

One Reply to “rumah yang ekologis”

  1. Untuk perumahan perhatikan jalur peredaran matahari dari situ kita bisa rancang zoning ruang serta menentukan optimalisasi bukaan..

Your Email address will not be published.