Skip to main content

Lokasi: Japos-Tangerang
Luas lahan:140m2
Luas bangunan 80m2
Selesai dibangun: Agustus 2005
Konsultan Arsitektur: atelier riri
Arsitek: novriansyah yakub

Sebuah karya desain yang akhirnya menjadi sebuah karya proyek arsitektur hunian pertama yang saya rancang. Suatu pencarian bentuk arsitektur tropis yang berpadu dengan pola hidup masyarakat urban yang memerlukan suatu “refreshment” setiap pulang kerumahnya sebagai tempat beristirahat. Penyegaran dalam gubahan massa yang sederhana dengan permainan kontras dari warna pada bentuk-bentuk “sculpture” yang tidak lazim yang diaplikasikan ke sebuah bangunan rumah tinggal.

Mungkin bisa dibilang saya terlalu naïf mencari pendalaman akan arsitektur tropis, yang prinsip utamanya adalah;

  • Sedapat mungkin arah timur dan barat merupakan dinding massif
  • Memaksimalkan bukaan pada arah utara dan selatan

Overstek pada atap-atap konvensional saya ganti dengan bentuk datar berbahan polycarbonat. Sedangkan dua massa yang berdiri di tapak luar bangunan induk bisa diibaratkan seperti sebuah altar-altar tahap memasuki bangunan suci di Yunani Kuno (hanya bentuknya saja yang disederhanakan). Sedangkan dinding orange depan berfungsi sebagai penghalang radiasi matahari sore yang masuk ke jendela antara (garis balik 22,5 LU) Sabuk Tropis Indonesia (antara 22 Juni) atau biasa kita sebut musim kemarau, dimana kemiringan bumi terhadap matahari yang terbit sedikit dari arah timur laut menuju barat daya.

Teori yang saya terapkan bisa di bilang berhasil asalkan kondisi iklim Indonesia kembali normal. Yaitu musim kemarau dan penghujan tidak terganggu oleh pengaruh perubahan suhu drastis atau global warming yang disebabkan polusi dan pencemaran udara, (kemarau sekitar Juni, penghujan sekitar Desember), dengan asumsi musim hujan pancaran sinar matahari sedikit.

Selanjutnya, dinding orange pada lahan samping dibangun tidak lebih hanya sebagai penutup taman yang akan ditanami tumbuhan tropis oleh si pemilik. Agar konsep bangunan tidak terganggu oleh rimbunnya vegetasi, saya mencoba membatasi visual mata dari depan.

Kondisi di dalam bangunan hanya penambahan ruang dengan beberapa bagian ruang yang mengalami pembesaran volume. Penggunaan material cukup sederhana, permainan lantai semen aci dengan ubin hitam tetap memberikan kesan bangunan yang sejuk dan nyaman.

“Cross Ventillation” tetap di pertahankan dengan pemberian innercourt 3m2 dibelakang rumah. Pencahayaan diciptakan dengan jendela-jendela besar dengan tirai kayu. Sedangkan pada atap penggunaan model datar memberikan efek “simple” di tampilan luarnya. Sopi-sopi yang polos pun menjadi pilihan saya untuk membentuk karakter bangunan yang sesuai dengan pola hidup wanita lajang pemilik rumah ini yang memiliki kesibukan yang padat.