Skip to main content

harpa house, 2009

small house with 500cm width

Location: jakarta

Rumah yang berada di jalan Harpa yang memiliki lebar kaveling hanya 5m. prinsip udara yang menyilang diterapkan dengan menempatkan inner court dibelakang lahan. Maksimalisasi ventilasi depan diakomodir dengan susunan kerrawang yang menerus sampai atas. Rumah ini berusaha menyelesaikan permasalahan kebutuhan ruang pada rumah berlahan sempit.

tent house, august 2009

august 2009

Berangkat dari kondisi lingkungan yang masih asri. Disekeliling tapak seperti kebun. Akhirnya rumah didesain dengan analogi sebuah tenda yang berdiri diatas hamparan rumput. Dengan menggunakan material spandek zincalume, rumah masih berjiwa modern. Material zincalume yang dominan ini dipilih karena material ini adalah salah satu material yang recycable. Dengan pola ruang open space di lantai bawah dan double bed room di lantai atas, rumah mengakomodir gaya hidup masyarakat urban.

catch the view house, 2009

lokasi: bsd sektor 1

lb: 161 sqm

2009

Rumah tinggal ini adalah hasil renovasi bangunan lama. Dengan tanpa mengambil RTH (ruang terbuka hijau) yang ada, rumah berhasil memaksimalkan kebutuhan ruang pada lahan yang terbatas. Luas bangunan hanya 160m2 dengan luas tanah 216m2. Rumah dibuat dengan konsep unfinished pada eksterior, dan open plan pada interior. Orientasi bangunan dimaksimalkan ke taman, sehingga meski kecil rumah terasa luas.

japos house, august 2005

Lokasi: Japos-Tangerang
Luas lahan:140m2
Luas bangunan 80m2
Selesai dibangun: Agustus 2005
Konsultan Arsitektur: atelier riri
Arsitek: novriansyah yakub

Sebuah karya desain yang akhirnya menjadi sebuah karya proyek arsitektur hunian pertama yang saya rancang. Suatu pencarian bentuk arsitektur tropis yang berpadu dengan pola hidup masyarakat urban yang memerlukan suatu “refreshment” setiap pulang kerumahnya sebagai tempat beristirahat. Penyegaran dalam gubahan massa yang sederhana dengan permainan kontras dari warna pada bentuk-bentuk “sculpture” yang tidak lazim yang diaplikasikan ke sebuah bangunan rumah tinggal.

Mungkin bisa dibilang saya terlalu naïf mencari pendalaman akan arsitektur tropis, yang prinsip utamanya adalah;

  • Sedapat mungkin arah timur dan barat merupakan dinding massif
  • Memaksimalkan bukaan pada arah utara dan selatan

Overstek pada atap-atap konvensional saya ganti dengan bentuk datar berbahan polycarbonat. Sedangkan dua massa yang berdiri di tapak luar bangunan induk bisa diibaratkan seperti sebuah altar-altar tahap memasuki bangunan suci di Yunani Kuno (hanya bentuknya saja yang disederhanakan). Sedangkan dinding orange depan berfungsi sebagai penghalang radiasi matahari sore yang masuk ke jendela antara (garis balik 22,5 LU) Sabuk Tropis Indonesia (antara 22 Juni) atau biasa kita sebut musim kemarau, dimana kemiringan bumi terhadap matahari yang terbit sedikit dari arah timur laut menuju barat daya.

Teori yang saya terapkan bisa di bilang berhasil asalkan kondisi iklim Indonesia kembali normal. Yaitu musim kemarau dan penghujan tidak terganggu oleh pengaruh perubahan suhu drastis atau global warming yang disebabkan polusi dan pencemaran udara, (kemarau sekitar Juni, penghujan sekitar Desember), dengan asumsi musim hujan pancaran sinar matahari sedikit.

Selanjutnya, dinding orange pada lahan samping dibangun tidak lebih hanya sebagai penutup taman yang akan ditanami tumbuhan tropis oleh si pemilik. Agar konsep bangunan tidak terganggu oleh rimbunnya vegetasi, saya mencoba membatasi visual mata dari depan.

Kondisi di dalam bangunan hanya penambahan ruang dengan beberapa bagian ruang yang mengalami pembesaran volume. Penggunaan material cukup sederhana, permainan lantai semen aci dengan ubin hitam tetap memberikan kesan bangunan yang sejuk dan nyaman.

“Cross Ventillation” tetap di pertahankan dengan pemberian innercourt 3m2 dibelakang rumah. Pencahayaan diciptakan dengan jendela-jendela besar dengan tirai kayu. Sedangkan pada atap penggunaan model datar memberikan efek “simple” di tampilan luarnya. Sopi-sopi yang polos pun menjadi pilihan saya untuk membentuk karakter bangunan yang sesuai dengan pola hidup wanita lajang pemilik rumah ini yang memiliki kesibukan yang padat.


ulin house, july 2006

Lokasi: Bontang-Kalimantan Timur

Luas lahan:200m2

Luas bangunan 100m2

Selesai dibangun: Juli 2006

Konsultan Arsitektur: atelier riri

Arsitek: novriansyah yakub

Sebelum menerima tawaran untuk merenovasi rumah ini, saya sama sekali buta akan kondisi lokasi tapak serta klimatologi dari lingkungan di kota Bontang. Walaupun pernah sempat empat tahun saya tinggal disana tetapi tidak terbersit memori akan kondisi lingkungan disana. Yang saya tahu pasti cuma suhu udara yang lebih lembab dan panas dibanding di Jakarta.

Dengan berbekal denah awal dan informasi tapak serta pengetahuan tentang topografi yang seadanya, saya mulai menganalisa kebutuhan fungsi ruang dengan konsep yang akan dibentuk untuk memaksimalkan fungsi bangunan si pemilik. Pendekatan yang saya lakukan dalam merancang rumah ibu beranak satu ini sama dengan yang lain, yaitu pendekatan sosial, dengan mengajak si pemilik untuk bersama-sama membentuk lingkungan binaannya sendiri dengan menggabungkan sisi fungsi, struktur dan estetika bangunan yang akan dicapai. Kebutuhan, kebiasaan dan peseharian si pemilik diterapkan dalam mengolah pola ruang agar berfungsi secara maksimal.

Bangunan awal hanya 54m2, penambahan ruang semata-mata hanya untuk memperluas ruang gerak dan memberikan sirkulasi alami yang maksimal ke dalam bangunan. Ruang tidur hanya ditambah untuk si pembantu yang memiliki akses penuh kedalam rumah, jadi dibuat ruang tidur yang terintegrasi namun memiliki pencapaian yang mudah menuju area servisnya. Ruang tidur utama ditambah luasannya dengan kombinasi dengan ruang kerja serta kamar mandi di dalam kamarnya.

Konsep bangunan modern ini sederhana saja. Membuat sirkulasi silang dengan taman kering di belakang tapak sebagai bukaan kedua serta bukaan-bukaan lebar pada jendela dan pintu agar rumah terasa sejuk meskipun ruangnya tanpa AC.

Material kayu sangat murah dibanding material lainnya di negeri ini (khususnya kayu ulin yang notabene memiliki kekerasan yang cukup untuk merespon segala bentuk cuaca), tidak ada salahnya saya memanfaatkan material ini untuk mendominasi setiap ruangan. Yang pertama, sebagai kusen, kedua sebagai lantai ruang tidur dan teras, dan yang ketiga saya menerapkan papan kayu ulin yang disusun membentuk dinding di depan kolam (reflecting pool). Dinding kayu sebagai secondary skin dapat meredam panas yang menyinari dinding di pagi hari sekitar pukul 10 pagi ( matahari sudah cukup panas di kota Bontang).

Selanjutnya, untuk kulit bangunan permainan massa kotak ditambah warna aksen merah di tutup dengan atap pelana memberikan kesan dinamis dari si pemilik yang memiliki pola hidup yang simple dan enerjik. Kemudian di luar tapak depan selain vegetasi rumput sebagai “paru-paru” kota, saya menambah reflecting pool untuk mengimbangi suhu udara luar yang panas agar ruang keluarga berjendela besar ditengah bangunan terasa lebih sejuk dan nyaman.


studio house, march 2009

bintaro sektor 5, tangerang

Berada di lingkungan padat perumahan Bintaro. Kiri’s house dibangun diatas tanah 90m2. Konsep rumah tinggal urban ini mengakomodir budaya huni yang compact dan praktis. Fasad bangunan dibuat sederhana kotak 4 sisi. Program ruang disusun lebih personal sehingga jauh dari kesan normative. Lantai bawah sebagai area semi publik yang open plan, sedangkan lantai atas sebagai area privat.