Blog Archives
Rumah Prefabrikasi (Prefab)
Apa itu Rumah Prefabrikasi (prefab)?
Rumah Prefabrikasi (prefab) adalah rumah yang terdiri dari komponen buatan/rakitan pabrik menjadi panel modular. Modul yang sudah siap lalu di bawa ke site bangunan kemudian disusun sesuai konsep desain. Rumah prefab memiliki system aplikasi yang mudah dan cepat.
Dengan semakin padatnya penduduk dunia dan semakin parahnya kondisi alam kita, seorang arsitek harus memikirkan suatu konsep desain rumah yang benar-benar mengakomodir semua kebutuhan pemilik rumah dengan mempertimbangkan aspek lingkungan.
Sebuah rumah bisa menghabiskan begitu banyak material yang diambil dari alam dengan tidak memikirkan keseimbangan lingkungan. Bisa dibayangkan seandainya semua penduduk dunia membangun rumah masih memakai sistem konvensional dan memakai material alami, akan terjadi kerusakan ekologi yang berdampak terjadinya pemanasan global dan bencana alam. Sebagai konsultan arsitek harus turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan membuat konsep desain yang sustainable.
Rumah prefab (prefabrikasi) menjadi salah satu solusi untuk mengakomodir kebutuhan penduduk dunia akan hunian dengan mengutamakan prinsip bangunan ramah lingkungan. Dimana material pendukungnya berasal dari bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dalam tahap pembangunannya tidak membutuhkan waktu yang lama & minim limbah sehingga bisa mengurangi emisi CO2. Karena rumah prefab terdiri dari modul yang langsung bisa diaplikasikan di site bangunan. Di sini konsultan arsitek berperan membuat desain suatu modul yang akan diaplikasikan di site bangunan dengan memikirkan kekuatan fungsi dan keindahan dari rumah prefab tersebut, sehingga memberikan tetap menghadirkan kenyamanan fungsi serta estetika pada hunian.
Untuk di Indonesia sendiri, rumah prefab belum populer di khalayak umum. Sehingga sangat penting adanya semacam sosialisasi dan edukasi dari konsultan arsitek tentang rumah prefabrikasi kepada masyarakat luas. Karena rumah prefab mampu menawarkan suatu konsep desain yang mengutamakan kekuatan fungsi, keindahan, ramah lingkungan dan terjangkau.
Rumah Prefabrikasi (prefab)? Why not?
Here They Come, Arsitek-arsitek Hollywood!
Beberapa waktu lalu, Atelier Riri pernah membuat diskusi yang cukup menarik, di twitter kami, tentang karakter arsitek dalam film. Waktu itu hashtag yang digunakan adalah #architectinmovies. Kali ini Atelier Riri tidak akan menuliskan ulang tweet-tweet waktu itu, tapi di artikel ini kita akan coba highlight, kira-kira apa ya yang membuat Hollywood senang sekali memasukkan karakter arsitek, dalam film produksinya?
Ada sebuah artikel berbahasa Inggris, yang lumayan panjang, yang mengulas soal ini, Anda bisa membacanya di sini. Beberapa di antara ulasan tersebut boleh kita amini, tapi kami punya pendapat juga soal ada apa dengan karakter seorang arsitek, yang membuat Hollywood terpesona.
- Arsitek kerap digambarkan sebagai pekerja keras dan profesional, terutama di negara-negara maju. Di Indonesia sudah digambarkan demikian belum, ya?
- Gedung-gedung berdesain menarik selalu menarik pula untuk dilihat. Siapa yang tidak terpesona dengan gedung-gedung skyscrapers dan kesibukan kota Manhattan, atau mungkin puri-puri klasik Inggris yang bergaya gothic, atau mungkin rumah-rumah eksotik bergaya etnik seperti di Jawa atau Bali? Kalau kita bicara tentang bangunan, arsitek adalah yang pertama muncul di kepala.
- Arsitek adalah profesi yang unik. Katakanlah Anda seorang arsitek, ketika Anda sukses dan kaya, orang-orang akan turut berbahagia. Tapi jangan khawatir kalaupun Anda gagal dan frustasi karenanya, orang-orang akan berpikir Anda sudah berusaha terlalu keras. Ajaib!
- Banyak yang bisa disaksikan dari seorang arsitek, dalam hal proses kerja. Orang bisa melihat Anda bekerja di drafting table ditemani T-Square, sibuk dengan maket, atau mengawasi lokasi pembangunan, tidak lupa dengan mengenakan helm proyek tentunya. Tidak sama halnya dengan desainer grafis misalnya, apa yang bisa dilihat? Ia sibuk dengan komputernya dan menghasilkan desain yang bagus, tapi kita tidak bisa melihat wujud kerjanya.
- Percaya atau tidak, profesi arsitek dianggap keren! Itu sebabnya dalam film, karakter arsitek selalu disandingkan dengan wanita-wanita cantik.
- Arsitektur melibatkan dua hal yang seringkali bertolak belakang, seni dan sains. Profesi yang menggabungkan dua hal tadi terbilang jarang, dan yang jarang itu biasanya menarik.
- Arsitek selalu cocok untuk tokoh laki-laki, bukan berarti perempuan tidak cocok jadi arsitek, lho. Tapi kenyataannya di Hollywood, profesi arsitek umumnya diberikan pada actor – bukan aktris, karena konon di negara maju macam Amerika pun, masih ada isu gender dalam profesi yang satu ini.
Untuk para arsitek wanita, jangan sedih! Beberapa film Hollywood juga menggunakan karakter arsitek wanita, kok. Seperti yang diperankan oleh Michelle Pfeiffer dalam “One Fine Day”, Julianne Moore dalam “The Kids are All Right”, atau dalam film “Firewall” dimana karakter arsitek diperankan oleh Virgina Madsen. Tidak sebanyak yang diperankan laki-laki, sih, tapi pasti akan semakin banyak nantinya, mengingat semakin banyak arsitek wanita yang berprestasi.
Nah, buat para arsitek, sekarang saatnya melihat ke dalam diri masing-masing dan bertanya, “Apakah karakter-karakter arsitek dalam film itu nyata adanya?” Sebagai arsitek, sih, tidak ada salahnya merasa bangga bisa berada di film-film keren dari Inception hingga yang bergenre romantis maca Love Actually. Tapi opini dan ekspektasi masyarakat yang mendasari penciptaan karakter arsitek dalam film tadi, rasanya cukup tinggi, ya. (Nisa)
Baca blog ini dalam bahasa Inggris, baca di sini.
#archtechno: Bagaimana Membangun Sebuah Piramid?
Sangking menakjubkannya bangunan yang disebut piramid, apalagi mengingat peradaban manusia kala itu, yang dianggap belum punya teknologi untuk membangun bangunan semegah dan sekokoh itu, bermunculanlah teori-teori. Mulai dari teori ramp, crane, sampai adanya bantuan dari makhluk extraterrestrial.
Hingga kini, belum ada satu teori pun yang sudah diuji dan dibuktikan kebenarannya (terakhir googling kemarin), jadi sampai sekarang para arkeolog, sejarawan, dan ilmuwan masih berusaha membuka misteri ini.
Seru juga, lho, mengetahui soal perkiraan-perkiraan para arkeolog soal teknologi yang digunakan untuk membangun piramid. Itu sebabnya, beberapa hari lalu Atelier Riri membahasnya di tweet #archtechno. Ketinggalan? Jangan sedih, kami rangkum tweetnya di sini. Enjoy!
1. Byk teori soal pmbangunan piramid, mulai dari teori crane, ramps, sampai adanya campur tangan extraterrestrial (alien) #archtechno
2. Arsitek Mesir yg konon membangun piramid pertama adl Imhotep. Sdgkan arsitek yg mbgn piramid terbesar Giza namanya Hemienu #archtechno
3. Pembgnan piramid Giza, kata para arkeolog mbutuhkan 20-30ribu tenaga manusia. Dan selesai dlm waktu kurang dari 23 tahun. Wow! #archtechno
4. Knp btk piramid limas segi 4? Menrt salah satu sejarawan Penn State, Donald Redford, btk ini adl simbol matahari menyinari bumi #archtechno
5. Umumnya piramid terbuat dr limestone atau batu gamping/kapur, yg berkilau kalo kena sinar matahari. Jd dari jauh pun keliatan #archtechno
6. Setelah googling2, smp skrg blm ada teori metode pmbgnan piramid yg sudah dibuktikan oleh para ilmuwan. Ada yg tau info terbaru? #archtechno
7. Puncak piramid biasanya terbwt dr granit, basal, atau jenis batuan keras lainnya, yg dilapisi emas/ perak, makin mencrang deh 😀 #archtechno
8. Teori pertama dlm pembgnan piramid adl ramp (sejenis papan landai, yg biasa dipakai utk mbantu memindahkan benda berat ke atas) #archtechno
9. Teori ramp menjelaskan bahwa dlm pmbangunan piramid, dibuatlah ramp pd salah satu sisinya. #archtechno
10. Ramp ini dibuat dengan kosntruksi yang ckp kuat juga, soalnya digunakan untuk membantu mengangkat batu2 berat #archtechno
11. Nah, seiring meningginya bangunan piramid, ramp-nya pun dibuat semakin ke atas. Kebayang kan, ya? #archtechno
12. Tapi para ilmuwan & sejarawan akhirnya menganggap teori ramp ini cacat. Mau tau knp? #archtechno
13. Ramp mmg efektif mbantu memindahkan benda2 berat,tp dg tingk kelandaian yg pas.Tingk kemiringan ideal, kata para ilmuwan, adl 8% #archtechno
14. Teori berikutnya adl membangun piramid dg menggunakan alat berupa crane #archtechno
15. Yg dimaksud crane sebenarnya disbt jg Herodotus’ machine, fungsi dan bentuknya mirip crane yg ada sekarang, hny lbh sederhana #archtechno
16. Alat serupa crane ditemukan di lukisan2 di makam Mesir kuno, jd bs dipastikan alat ini memang pernah digunakan di Mesir #archtechno
17. Dlm pembangunan piramid, teori ini mengatakan, digunakan banyak sekali crane yg dibuat dlm ukuran tinggi yg berbeda #archtechno
18. Ketinggian setiap crane disesuikan dg tinggi setiap penambahan batu pd pmbangunan piramid #archtechno
19. Terbayangnya gini, setiap crane akan bertugas untuk mengangkat batu yg kemudian ditumpuk menaikkan level ketinggian piramid. #archtechno
20. Setiap perbedaan level ketinggian piramid, dibutuhkan crane yg berbeda. Pfiuh, seberapa banyak tu crane-nya? 😀 #archtechno
21. Sebenarnya teori crane ini byk dipercaya, sayangnya lagi2 ada keraguan tentang teori ini #archtechno
22. Crane dibuat menggunakan kayu. Banyak crane artinya banyak membutuhkan kayu. Nah, inilah sumber keraguannya #archtechno
23. Mesir bukanlah negara yg punya banyak hutan, menyediakan banyak sekali kayu utk mbuat crane, bkn perkara mudah #archtechno
24. Bs aja sih Mesir impor kayu, tp itu akan menghabiskan byk uang, pdhl piramid yg dibangun ga cm 1. Jd teori ini pun meragukan #archtechno
25. Kalo akhirnya ditemukan bgmn proses pmbgnan piramid sbenarnya, bs jadi sumbangan yg saaaaangat berharga utk dunia arsitektur tuh #archtechno
26. Intinya: Byk teori yg ingin mjlskan pmbgnan piramid, semuanya pny potensi benar, syg blm ada pengujiannya #archtechno
27. Oia, tweet #archtechno hr ini brsumber dr bbrp artikel science seputar piramid, yg ada di website2 science news. Klo luang, cb baca2 deh 🙂
Masih kurang? Jangan khawatir, begitu terdengar informasi terbaru pasti dibagi lagi. Atau ada yang menemukan informasi yang lebih baru lagi? Share ya..
Foto: http://science.howstuffworks.com
Material Ramah Lingkungan untuk Rumah Anda
Sangking seringnya dibicarakan, istilah green rasanya semakin terdengar familiar. Mudah-mudahan tidak lantas membuat bosan. Beberapa kali iseng mencari tahu soal material-material ramah lingkungan, yang mungkin bisa digunakan di rumah, akhirnya ketemu juga!
Sekitar sebulan lalu, deretan beberapa material temuan Atelier Riri, dari hasil membaca berbagai artikel ini, sudah pernah dibagi ke teman-teman semua lewat twitter. Tapi gatal juga rasanya kalau tidak menuliskannya di blog. Siapa tahu ada teman-teman yang belum sempat mengikuti dan membutuhkan informasi ini. Yuk, kita simak, apa saja material ramah lingkungan yang bisa kita gunakan di rumah!
1. Bambu
Tidak ada yang tidak kenal dengan material yang satu ini, dong, ya? Tanaman asli Asia ini disebut-sebut sebagai material ramah lingkungan karena mudah sekali terbarukan. Tanaman bambu hanya membutuhkan beberapa tahun untuk tumbuh. Batang bambu yang usianya 3-6 tahun sudah bisa dipanen dan dimanfaatkan. Coba bandingkan dengan kebanyakan kayu solid yang membutuhkan waktu tumbuh hingga bisa dipanen, mencapai 15-20 tahun.
Satu hal yang perlu diperhatikan saat akan menggunakan bambu sebagai materia untuk furnitur atau rumah Anda, kandungan pengawetnya. Beberapa produsen bambu menggunakan cairan kimia untuk mengawetkan atau proses finishing pada bambu. Jadi jelilah memilih. Bukan berarti harus 100% bebas zat kimia, kalau kadarnya masih rendah,di bawah 0,3 ppm, masih aman, kok.
2. Kayu Buangan
Hah, masa ada, sih, yang namanya kayu buangan? Ada. Contohnya jati. Kalau sempat ke hutan jati di Jawa Tengah, Anda akan menemukan para petani jati menyiangi ranting-ranting jati dan membuangnya begitu saja. Kadang-kadang ranting jati tadi dimanfaatkan juga sebagai kayu bakar. Sayang sekali, bukan?
Nah, daripada terbuang percuma, ranting-ranting ini sebenarnya bisa dikumpulkan dan dijadikan furnitur. Sekarang ini sudah ada desainer-desainer produk yang membuat furnitur dari susunan ranting jati dan jenis buangan kayu lainnya.
Kayu buangan sebenarnya bukan hanya ranting jati, sisa-sisa potongan kayu pun bisa digolongkan kayu buangan. Dengan kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan, bukan hal mustahil bagi para arsitek, desainer interior, dan desainer produk menciptakan karya-karya yang luar biasa dari material buangan ini.
3. Material Daur Ulang
Kata daur ulang sudah identik dengan ramah lingkungan, jauh sebelum isu pemanasan global marak dibicarakan. Sekarang makin banyak produsen material yang menggunakan bahan-bahan daur ulang.
Wallcover, pelapis laminasi (HPL), lantai parket, dan sebagainya. Tinggal tanya sang produsen, dengan senang hati mereka akan memperkenalkan produk ramah lingkungan dari perusahaan mereka. Sayangnya, kebanyakan produsen masih membandrol produk-produk berlabel green mereka dengan harga relatif mahal.
4. Memanfaatkan Lagi Barang-barang Bekas
Sedikit mirip dengan pemanfaatan material daur ulang, bedanya kali ini memanfaatkan barang-barang bekas untuk jadi barang lain yang berfungsi baru. Misalnya pintu bekas yang rusak di beberapa bagiannya, mungkin tidak bisa lagi berfungsi maksimal sebagai kayu, tapi kita bisa “menyulapnya” jadi benda lain, meja misalnya. Dengan demikian si pintu tidak begitu saja menjadi sampah, kan?
5. Kain-kain yang Mudah Terurai (Biodegradable)
Wol dan katun adalah contoh kain yang berasal dari alam, mudah terbarukan, dan mudah terurai (biodegradable). Di Indonesia mungkin kita masih jarang menemui karpet 100% wol, atau sarung cushion yang 100% katun. Sebagian besar masih dicampur dengan serat-serat kain sintetis, salah satunya polyester.
Tapi hati-hati juga memilih produk berbahan wol dan katun, meskipun kadarnya 100%. Zat pewarna yang digunakan, bukan tidak mungkin mengandung zat kimia yang sulit diurai oleh alam. Jadi, tidak bisa sembarangan juga.
6. Gabus (Cork)
Eits, jangan samakan gabus dengan styrofoam, ya. Kita sering menjumpainya sebagai tutup botol di botol-botol anggur (wine). Kalau Anda masih menyimpan termos-termos lama, biasanya penutupnya juga terbuat dari gabus yang dilapisi kain.
Di banyak negara gabus tidak hanya sekadar menjadi tutup botol. Gabus digunakan juga sebagai bahan parket, top table, kap lampu, dan berbagai aksesori.
Gabus terbuat dari kulit kayu. Mengapa gabus digolongkan sebagai material ramah lingkungan? Karena bisa didaur ulang, biodegradable, dan untuk membuatnya tidak perlu menebang pohon, karena kulit kayu, bahan dasar gabus, diambil semasa pohon tumbuh. Dalam waktu singkat, kulit ini akan tumbuh kembali.
Kelihatannya memang rumit, ya, harus memilah-milah material untuk rumah kita. Tapi bukan berarti lantas kita malas memulai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Enam material ramah lingkungan yang barusan kita bahas ini hanya sekadar contoh. Pasti masih banyak material lain yang mungkin bisa digolongkan sebagai green material. Kalau mau dibahas semua,tidak akan pernah cukup waktu. Ingin berbagi wawasan tentang material ramah lingkungan? Boleh share via twitter atau fanpage, ya. Salam!
Gambar: www.treehugger.com
Rumah Tumbuh: Bangun Rumah Impian Secara Bertahap
Bagi sebagian orang bicara tentang rumah impian kerap kali hanya berujung pada khayalan. Maklum saja, tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk mewujudkan si rumah impian. Padahal seharusnya tidak demikian, jika kita tahu solusi dan celahnya.
Beberapa waktu lalu Atelier Riri bersama Majalah iDEA, Tabloid Rumah, dan Informa Furniture menggelar talkshow bertajuk “Merancang Rumah Tumbuh”, yang merupakan salah satu solusi bagi kita, yang ingin membangun rumah impian dengan cara
bertahap.
Apa, sih, rumah tumbuh itu?
Tidak hanya pembayaran yang bisa dikredit, membangun rumah pun bisa dilakukan dengan sistem “kredit”, itulah rumah tumbuh. Dengan kata lain, rumah tumbuh adalah rumah yang dibangun secara bertahap.
Ada dua pertimbangan mengapa kita perlu membangun rumah secara bertahap. Pertama, karena pertimbangan biaya. Kedua, pertimbangan bertambahnya kebutuhan, biasanya karena bertambahnya anggota keluarga atau penghuni rumah.
Pembangunan bertahap memungkinkan kita membangun rumah sesuai skala prioritas, sehingga pembiayaan pembangunan pun tidak serta merta menjebol kantong. Kita bisa mengeluarkan biaya secukupnya untuk pembangunan tahap pertama, dan menabung sisa uang untuk kebutuhan lainnya.
Beberapa tahun kemudian, ketika tabungan sudah cukup untuk pembangunan berikutnya, kita bisa membangun tahap berikutnya. Demikian seterusnya.
Pembangunan bertahap juga memungkinkan kita untuk menggunakan material secara efisien. Pasalnya, kita membeli material secukupnya, untuk pembangunan per tahap, sehingga kecil kemungkinan ada material yang terbuang.
Bersama arsitek membangun rumah tumbuh
Meski terdengar sederhana membangun rumah tumbuh membutuhkan perencanaan yang matang. Mulai dari menentukan tujuan pembangunan, mengalokasikan dana, mendata prioritas kebutuhan ruang, hingga memilih gaya desain yang tak lekang oleh zaman.
Dengan didampingi arsitek yang berpengalaman, kita akan lebih mudah melakukan setiap tahap merancang dan membangun rumah tumbuh. Sebab, salah satu tahap saja saat membangun, bisa merugikan. Bisa jadi kita keluar uang lebih banyak untuk memperbaiki kesalahan tadi.
Pertimbangan lahan, misalnya, akan menentukan apakah kita akan membangun ke atas (vertikal) atau ke samping (horizontal). Dengan berkonsultasi dengan arsitek, kita akan dibantu untuk menyesuaikan jenis pembangunan ini. Tidak hanya atas pertimbangan lahan, pun atas pertimbangan kebutuhan dan kebiasaan kita. sss
Bersama arsitek juga kita bisa menentukan timeline atau jangka waktu pembangunan setiap tahapnya. Tentunya penetapan timeline ini disesuaikan dengan rencana kita ke depan, sebagai pemilik rumah.
Jadi jangan lagi berkecil hati saat membayangkan rumah impian. Rumah tumbuh bisa dijadikan pilihan, dan rasakan serunya setiap tahap pembangunan. (Nisa)
Prefab House: Bangun Rumah Kurang dari Sebulan!
Siapa di antara Anda yang suka bermain lego atau block puzzle? Prefab house, yang merupakan kependekan dari Pre-fabrication house, bisa dianalogikan seperti kedua permainan tadi.
Sebagian dari Anda mungkin tidak asing dengan istilah ini. Bagi yang belum tahu, prefab house atau rumah prefabrikasi adalah bangunan yang bagian-bagiannya tidak dibangun di tanah, dimana bangunan seharusnya dibangun, melainkan di pabrik. Bagian-bagian rumah yang dimaksud adalah, dinding, lantai, atap, pintu, jendela, dan sebagainya. Semua dikirim dalam bentuk setengah jadi, untuk akhirnya dirangkai di lokasi rumah akan dibangun. Mirip dengan permainan lego, kan?
Dengan cara ini, kita bisa sangat menghemat waktu pembangunan. Untuk rumah berukuran mungil bahkan bisa terbangun, dalam waktu kurang dari satu bulan. Menghemat waktu berefek pada penghematan biaya, terutama biaya pekerja. Di negara-negara yang sudah lebih dulu mengaplikasikan rumah prefabrikasi, seperti Amerika, Inggris, Jepang, dan berbagai negara maju lainnya, membangun prefabrikasi sudah bisa dilakukan sendiri, dengan bantuan beberapa orang saja.
Di Indonesia, kita pernah mendengar pembangunan rumah prefabrikasi untuk korban bencana tsunami di Aceh, dan korban-korban bencana alam lainnya. Sebenarnya ini bukan hal baru, di dunia pun, rumah prefabrikasi banyak dibangun untuk korban bencana alam. Selain pembangunannya cepat, pun mudah, siapapun bisa membangun prefab house.
Sayangnya, ini membuat impresi yang kurang baik. Rumah prefabrikasi jadi diidentikkan dengan rumah massal yang kelasnya rendah, dan hanya cocok untuk daerah-daerah bencana. Rumah prefabrikasi berharga lebih murah, benar. Tapi bukan berarti murahan. Rumah-rumah prefabrikasi di Jepang misalnya, bisa didesain dengan baik, bahkan ada pula yang unik.
Selain murah, kelebihan lain rumah prefabrikasi adalah lebih ramah lingkungan. Dengan lebih dulu dirancang di pabrik, berdasarkan perencanaan awal tentunya, akan mengurangi terbuangnya sisa-sisa material. Karena sudah sesuai perencanaan, bolak-balik mengangkut material ke lokasi, juga tidak perlu dilakukan. Cukup sekali angkut, beres. Di Jepang, bahkan material-material daur ulang sudah bisa digunakan untuk rumah prefabrikasi.
Ada kelebihan, pun ada kekurangannya. Oleh sebab bagian-bagiannya sudah dirangkai sebelumnya, akan sedikit merepotkan kalau terjadi kerusakan pada saat proses pemasangan. Jadi, walaupun bisa dikerjakan sendiri, tetap saja butuh ketelatenan. Kelemahan lain, untuk rumah yang berukuran luas dan lebih dari satu lantai, akan membutuhkan bantuan alat berat, seperti crane.
Terlepas dari berbagai kekurangannya tadi, rumah prefabrikasi layak dipertimbangkan sebagai alternatif perumahan murah di Indonesia. (Nisa)
Kengo Kuma dan Pelajaran yang Dibawanya
“If green design is a boring design, I don’t want to do that kind of design.” Skak mat. Tidak ada lagi yang bertanya.
Ruangan sempat hening selama beberapa detik, waktu Kengo Kuma, sang arsitek asal Jepang, melontarkan pernyataan, yang merupakan jawabannya atas pertanyaan salah seorang audiens kuliah umum, tentang green design ini. Seorang kawan menyatakan kekecewaannya atas pernyataan Kengo Kuma ini, di akun twitternya. Lantas, apakah kita memang perlu kecewa? Tunggu dulu, setelah membaca semua poin, yang saya dapat dari kuliah umum sang arsitek, yang tersaji di sini, barulah kita boleh memutuskan akan kecewa atau tidak.
Seperti layaknya arsitek memberi kuliah umum atau seminar, pelajaran diberikan lewat presentasi karya. Demikian pula yang dilakukan oleh Kengo Kuma. Kalau kita bahas karyanya satu per satu, bisa-bisa saya tidak tidur berhari-hari untuk menuliskannya. Satu hal yang perlu kita tahu, arsitek kenamaan asal Jepang ini, dikenal akan prinsipnya yang selalu teguh memegang nilai kelokalan. Tak salah jika kemudian tema inilah yang dibaginya pada kita semua, pada saat kuliah umum, yang diselenggarakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) digelar.
Supaya singkat dan tidak bertele-tele, langsung saja saya jabarkan beberapa poin yang bisa saya simpulkan dari presentasi Mr. Kuma, ya?
Poin pertama, dalam berkarya Kengo Kuma sebisa mungkin tidak menebang pohon atau tumbuhan, yang ada di sekeliling lahan, dimana bangunan akan dibangun. “Don’t cut the landscape! Cut the landscape means cut the beauty,” katanya.
Poin berikutnya, arsitek kawakan ini selalu memperhatikan lingkungan sekitar lahan pembangunan. Mulai dari sejarah, iklim, bangunan-bangunan asli atau bangunan lama, dan sebagainya. Menurutnya, lingkungan sekitar akan sangat mempengaruhi desain yang dibuatnya. Kembali mengutip Kengo Kuma, “Be friends with the surroundings,” ujarnya.
Karya yang luar biasa indah, menurutnya, tidak ada gunanya jika tidak “berteman” dengan lingkungan sekitar. Karya arsitektur yang baik, adalah yang bisa menyatu dengan alam sekitar.
Poin terakhir, Kengo Kuma selalu menggunakan material lokal selokal-lokalnya, bahkan kalau bisa sama sekali tidak menggunakan sarana transportasi atau pengiriman apapun. Apa yang ada di sekitar lahan pembangunan, ya itulah yang dia gunakan.
Tiga poin ini akhirnya menjawab rasa penasaran saya, tentang apa sih yang dimaksud dengan nilai kelokalan, yang diagung-agungkan Mr. Kuma itu?
Apa hubungan tiga poin ini dengan pernyataan yang membuat seluruh ruangan terdiam beberapa detik tadi? Menurut saya, tiga poin ini adalah gambaran betapa green-nya Kengo Kuma. Kebosanan yang dikatakannya, menurut hemat saya, hanya sekadar kebosanan akan seringnya perkara global warming dan green design ini diungkit.
Seringkali, para arsitek terjebak dengan istilah green design yang memiliki banyak sekali batas, sehingga akhirnya menghasilkan karya yang begitu-begitu saja. Satu hal lagi, yang perlu dikutip dari arsitek yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun ini. Menurutnya, solusi lingkungan dalam desain itu mungkin diwujudkan, tapi tidak akan seratus persen menjadi solusi.
Desain yang ia buat, katanya, adalah sekadar trigger. Artinya, dari desain yang ia buat, diharapkan akan memacu gaya hidup orang-orang di sekitar, untuk menjadi lebih memperhatikan lingkungan. Setelah membaca pelajaran-pelajaran dari Kengo Kuma, sekarang Anda boleh putuskan untuk kecewa atau tidak.
More about Kengo Kuma; go to http://kkaa.co.jp/
(Nisa)
Pemanfaatan Natural Light di Epson Innovation Center
Selama ini, bicara arsitektur hijau rata-rata masih berkisar pada teori saja. Tidak mudah mencari contoh green building, apalagi di Indonesia, jadi agak sulit juga membayangkannya. Nah, gedung yang satu ini mungkin bisa jadi iming-iming. Siapa tahu setelah membaca dan melihat gambar-gambar di foto ini, ada perusahaan besar yang tergerak membangun gedung ramah lingkungan alias green building. Lebih seru lagi kalau bisa menjadi arsitek yang didaulat untuk membangunnya.
Alkisah, sebuah kantor besar raksasa printer dunia, Epson. Pada 2006, Epson berhasil menyelesaikan sekaligus membuka sebuah kantor pusat inovasi (Epson Innovatin Center), di Hirooka, Jepang. Dengar-dengar, kantor ini adalah salah satu green building di Jepang, yang kaya akan fitur-fitur ramah lingkungan. Solar panel, lampu-lampu bersensor, dan berbagai teknologi lainnya, yang umum kita dengar dalam green technology ada di sini.
Tapi ada yang paling menarik, yaitu bagaimana Epson memanfaatkan natural light untuk pencahayaan sebagian besar ruang dalam bangunan, pada siang hari. Agak sulit menjelaskannya dengan kata-kata. Beberapa foto dari website resmi Epson ini, mudah-mudahan bisa memberi gambaran yang “menggiurkan”. Check it out!
Photo source: www.global.epson.com
Tour to Bandung, November 21-22, 2010
Dear everyone,
Terdengarnya cheesy, ya. Its only went to bandung, not bali, or even to china. Well i wish we went to china. someday…. 🙂
Tapi ke bandung kali ini bedaaa… Saya menyebutnya tur arsitektur, 😀
Sound weird? kinda…! Tapi saya sempet ngecek dulu ke internet, tempat-tempat mana yang akan di datangi, biar ga miskoom-miskom amat sama suami. Ohohohoho..
Im not an architect, but my husband is. So dont expect to much, i would explain an architecture in details. I would tell dis story, from wat i seen nor wat an architect would see.
O ya.. sebelumnya, trip ini, harusnya…harusnya, diikuti oleh dua orang lagi, selain saya dan suami. Tapiii… karena waktunya ga pernah, pas, mereka gugur.
Jadi hanya saya dan suami aja yang pergi. So here we goes…
DAY ONE…
21st, november 2010
Berangkat jam 9 pagi dari jakarta, tujuan pertama adalah Mesjid Al-Irsyad, Kota Baru, Parahyangan.
Menuju ke sana sempat nyasar dikit, tapi saya ga ngomel kok, karena itu trip pertama kali dan emang (selalu) buta jalan.
And hir we goes,,
Mesjid Al-Irsyad, mesjid kotak, tidak ada kubahnya, banyak bolongang yang diberi warna putih. Ini mesjid kedua yang saya suka selain mesjid Istiqlal.
Well, saya suka segala sesuatunya simpel dan ga aneh-aneh. dan rumah saya sendiri bentuknya kotak dan putih pula.
Kembali ke mesjid… mesjid ini dibangun seperti di atas bukit dan tepat berada di tengah-tengahnya. Sayang, di sekeliling mesjid itu pohon-pohonnya belum pada rimbun, jadi kebayang kalo siang hari bolong panasnya kaya gimana. Pas saya kesana, sih, emang ga panas, cendereung berangin, tapi cukup silau. Namun daerah bandung sekitarnya kan memang selalu begitu, ga kerasa panas, tapi nyelekit di kulit, dan jeng jong! kulit item.
Focus, dear, focus…
Mesjid itu bentuknya kotak, bener-bener kotak dengan dinding yang bolong-bolong. Kalo bener-bener diperhatiin, bolong-bolong itu ternyata membentuk tulisan arab, tapi arab gundul :D. Pas nanya, ternyata arab gundul itu menerangkan dua kalimat syahadat. Hooo…. canggiiihhh…!!
Meski hanya kotak, buat saya sendiri, mesjid itu megah. Megah dalam artian saya sendiri. Megah karena kanan kirinya ga ada bangunan yang berdempetan.
Kemudian di belakang mesjid itu ada kolam ikannya. Kalo sambil bengong dan duduk di belakang mesjid denger gemericik airnya, enak, deh.
Sekilas kalo ngeliat ke dalam mesjid, gelap. Tapi…, karena dinding mesjid dibuat bolong-bolong, cahaya dari luar, masuk ke dalam. Dan itu keren!!! Kebayang kalo malam, berarti kebalikannya, dan pastinya dramatis. Kapan-kapan mau coba pas solat magrib, akh. Biar tau kerenan mana siang apa malam. Kebayang, sih, kalo malam, pasti cahaya di dalam mesjid, keluar dari dinding roster itu.
Dari luar dan dalam mesjid masing-masing ada ceritanya.
Langit-langitnya dibuat tinggi, dan lampunya banyak. Jumlahnya ada 99, yang menyimbolkan nama Suci Allah SWT atau Asmaul Husna.
Kalo kita berdiri di tengah mesjid, dan menghadap ke arah kiblat, ada bola besar yang berdiri di atas kolam ikan. Kita bisa liat bola besar itu, karena, dindingnya bolong. Di depan dinding bolong itu tempat imamnya ceramah. Silau sih, tapi kalo duduk agak ke belakang, pemandangan itu jadi seperti menuju ke arah satu titik, dan… indah.
Psstt… see de picture dat my husband taken, it’s help.
Dari mesjid, kita menuju tujuan berikutnya, yaitu Hotel Concordia atau Hotel Bumi Sangkuriang. Tadinya mau mampir dulu, untuk makan di warung ayam penyet, tapi perjalanan menuju ke hotel, kami disambut ujan lebat dan kemacetan + banjir yang bikin saya parno (Bandung sekarang langganan banjir lho!). Lagian ga ada tempat parkir juga. Penuh. Ga berniat untuk parkir sembarangan, karena abis ngecek twitter di Bandung ada mobil yang ilang. Ga lucu ya, lagi liburan, mobil ngilang.
Hotel Bumi Sangkuriang/ Hotel Concordia.
Ini Hotel lama. Bangunan lamanya tetap di pertahankan, kemudian, bangunan barunya dibangun tepat disebelahnya. Silahkan cari di google, sejarah bangunan ini, ya.
Jadi inget rumah Oma jaman dulu. Jujur, sih, saya kurang suka dengan bangunan lama. Mungkin karena 17 tahun tinggal di rumah jaman dulu, dan suasananya suka horor. Dats wat i think.
Anyway… Hotel Bumi Sangkuriangnya tadinya hanya ada 6 kamar guest room. Tapi setelah di renov, jadi ada 25 kamar baru. Hotel ini sangat luas banget, ada ball roomnya, taman yang sangaaaattt-sangat luas, 2 lapangan tenis, kolam renang anak-anak, kolam renang dewasa, restoran, dan taman bermain. Ada satu spot yang bisa diliat dari arah restoran, pohon-pohon tinggi yang di bawahnya meja untuk tamu duduk-duduk kalo lagi pada berenang. It is beautifull, but den again, i have a horor imajination, what would it be, when de night came… Sekali lagi, maafff, saya penakut. Ga suka dengan yang tua-tua. Bawaannya horor.
Ngomong-ngomong taman yang luas, tamannya kan deket sama kolam renang. Nah, teman saya cerita, pas wiken, suka ada pengunjung yang piknik di taman itu. Picnic as in picnic. Real picnic, seperti yang ada di film2 hollywood, lucu ya.. Ide picnic-nya oke, tapi berenang di bandung ga oke. Dingin!
Tinggalkan horor dan dinginnya air kolam, sekarang kita ngomongin kamar tidur.
Bangunan hotel ini adalah bangunan yang dilindungi. Ketika masuk ke lobinya untuk pertama kali, seperti kembali ke masa lampau. Beneran deh, hotel ini kuno banget, untuk orang-orang yang hidup di masanya, saya rasa mereka masih bisa merasakan atmosfer jaman dulu. Terbuktilah omongan saya, ada pasangan opa-oma datang. Sepertinya mereka juga menginap dan bernostalgia.
Saya sempet lihat salah satu kamar Guest Room-nya, loh, a.k.a kamar dengan interior Belanda. Ternyata lebih luas daripada kamarnya yang baru. Rekomen kalo bawa anak dan mbak-nya ikut, bisa muat lebih banyak. Tapi, ya…. gitu deh.. i pass.
Awalnya, saya sempet mau ambil kamar kuno-nya, loh. Tapi suami ngingetin, ambil kamar yang biasa aja, daripada, saya liat yang aneh-aneh. Ohohohohoho… Tenanggg.. Saya bukan orang yang bisa ‘melihat’, kok. Hanya kadang aja…
Nah, bangunan yang baru ini, bentuknya pipih dan simpel. Saking simpelnya, saya melihat bangunan ini seperti bangunan mass. Tapi mungkin memang begitu konsepnya. Ternyata, karena bangunan ini dilindungi, di tiap pintu masuk kamar hotel yang baru, ada plang nama-nama orang yang ikut menyumbang. Tapi bentuk kamarnya tetap sama kok, ga dibeda-bedain.
Masuk ke kamarnya, beda 180derajat dengan kamar yang lama. Kamar ini jauh lebih nyaman, dengan interior yang sangat minimalis. Dan saya sangat suka. Pertama kali masuk ke kamar, kita akan disambut dengan kaca superbesar menuju balkon. Silahkan liat di foto. Jauh menerangkan. O ya, despite deir balcony would be nice to hang out with, i think it is scary wen de nite come. Dan akhirnya, saya memilih merokok di kamar mandi ketika malam, drpd harus duduk-duduk di balkon. Ya, kan, kami menginap di hari yang ga rame, tetangga kanan-kirinya ga ada. Cuaca pas kami datang, enak banget, saking enaknya, kami ga perlu menggunakan ac yang ada di kamar. Karena dingin!
Sehabis makan di restaurannya, kita kembali ke kamar. Di NG ada tayangan yang membuat kami berdua terperangah. Kalo suami menikmati acara itu karena berbau arsitektur, sedangkan saya suka dengan lokasi ceritanya. Kami berdua nonton episode National Geographic, The Secret of Parthenon. Acara itu keren. Ternyata di luar negeri sana, pemerintahnya cukup serius untuk merenovasi bangunan bersejarah, karena itu salah satu daya tarik turis. Kalo disini, tau sendiri, kan. Lebih baik tidak usah dibahas.
Sorenya kita lanjut lagi… Namanya juga tur arsitektur, Mesjid; Ridwan Kamil, Hotel; Tan Tjiang Ay. Nah tujuan kita berikutnya, karya dari pak Tan Tik Lam; anaknya. Suami suka sekali di sini. Selalu absen kalo kita ke bandung. Namanya toko cokelat.
Pertama kali datang ke sini, bangunan ini terlihat seperti gereja. Mungkin karena bangunan ini berwarna putih dan dari depan,bagian atas bangunan ini mengecil ke atas. C the picture.
Untuk membedakan area luar dan dalam, kita dibatasi oleh pintu kaca yang besar-besar, suka deh, dengan jendela/pintu besar-besar. Bangunan-bangunan kaya gini memang bisa langsung cocok sama saya. Putih, minimalis, menggunakan kaca super besar. And de best part is, walopun ruangan ini dibedakan dalam atau luar, kita bebas merokok di mana saja. B A H A G I A. Itu yang penting. Seneng deh sama Bandung, Gubenurnya oke (maybe??).
Biar ga pake ac, tetep enak, ga gerah. Kalo dateng pas siang, enak, hening dan sepi. Kalo pas malam, terutama malam minggu, pastinya rame. Dimana-mana, sih, rame. Tapi kalo memang ingin kabur dari rame-nya Bandung, rekomen loh, ke sini.
Menjelang jam 7, kita pindah ke Maja House.
Tenang… ke Maja House, ga segitu minimalis dan dominan putih, kok. Disini lebih berwarna, silahkan cek link ini, ya, untuk lebih jelasnya Maja House itu. Maja House, Function Rooms, Suki, Barbeque, Hotel, Rooftop Bar And Restaurant. Add. Sersan Bajuri 72 bandung ph +62 22 2788196.
Bangunan ini terbagi atas 3 lantai. Untuk mencapai ke lantai 1 kita harus mendaki tangga, agak lebai, tapi sumpah, tangganya tinggi juga tau. Lantai pertama dipakai untuk function hall. Abis itu lanjut lagi naik lagi, baru deh, ketemu dengan restaurannya.
Di tempat ini terbagi 3 lokasi dengan atmosfer yang berbeda. Ya itu, yang keliatan sama saya. Karena di bagian sebelah kiri dari arah tangga naik, ada restauran dengan meja normal, tinggi maksudnya, dan lighting yang cukup terang. Di depan restauran itu ada jembatan yang memisahkan antara restauran tersebut. Kemudian kita bisa liat koridor buat orang berdiri dan meja bar besar. Kayanya di bagian tengah itu, tempat buat clubbing deh. Abisnya, lampunya temaram. Asik-asik tebak buah manggis. Sesudahnya tempat clubbing, kita masuk ke lorong, nah dibagian ini, tempatnya kaya buat ngobrol-ngobrol biasa dan makan cemilan.
Di ruangan ini kebagi dua tempat duduknya. Yang mepet ke tembok, kursi lesehan dengan kasur. Dan di depannya, ada meja pendek dan kursi2 Accupunto. Kalo ada yang suka ke Aksara, pasti pernah liat kursi Accupunto itu kayak gimana. Di ruangan ini, kayanya emang ga di rekomen untuk makan serius deh. Soalnya, makan di meja pendek, bakalan nunduk-nunduk. Kalo makan di kursi kasur, meja yang dipinjemin untuk makan kecil benerrr.. Rebutan wilayah piring. Emang sih, kanan- kiri kasur itu ada meja kayu yang bisa jadi meja sekalian batas antar tetangga. Jadi kalo ke zona itu, memang paling tepat, hanya untuk ngobrol2, minum dan makan cemilan.
Kalo kesini, banyak bangku-bangku yang lucu. Contohnya kursi accupunto, ada kursi goyang berwarna merah plastik harganya 4 juta. Tapi warnanya merahnya emang beneran keren. Dan ada sofa 3seated yang entah vintage beneran ato dibuat vintage. Saya sempet di potret disitu, dan abis saya ada 3cowo yang mencoba memotret dirinya sendiri dari berbagai gaya. Kalah saya…
Saran saya, kalo ke sana, bole pake celana pendek, tapi pake jaket yang agak tebelan ya. Jangan yang tipis, lumayan dingin, soalnya.
Kemudian kami pun kembali ke hotel.
DAY TWO
22nd, november 2010
my husband birthday.
Untuk oleh-oleh, kita ke toko kue Bawean, beli batagor, makan siang ke warung lela, dan terakhir, kita mampir ke Selasar Soenaryo.
Pertama kali kami kemari diajak oleh sahabat saya, 5 tahun yang lalu. Dan sekarang, tahun 2010, kami sudah menikah dengan 1 anak 🙂 Kurang 5 hari lagi, pas banget hari jadian.
Oke, info ini kurang berguna, yaaaaa…..
Apa yang menarik dari Selasar? Lokasi yang agak jauh dari pusat kota, karena letaknya di Dago Pakar, jadinya sepi banget kalo hari biasa, kopinya macem-macem untuk dipesan beserta finger snack yang enak-enak, dan ada beberapa ruangan yang bisa di pakai untuk pameran. Kalo di hari sabtu, tempat cendramatanya buka. Sayang saya ga tau apa yang di jual di sana. Jangan mengharapkan makanan berat kalo kesini, ya. Bisa pake kartu debit, kalo pembelian kita diatas 100ribu. Dulu cash only.
Nama Soenaryo sendiri adalah owner dari bangunan ini. Beliau seniman. Untuk lebih tau beliau siapa, silahkan klik www.soenaryo.com. Arsitek yang membangun gedung ini adalah bapak Baskoro Tedjo. By the way, bapak Soenaryo, salah satu orang yang namanya ada di pintu kamar hotel Concordia. Lay out interiornya udah berubah dari terakhir saya dateng. Terakhir datang tahun 2008. Sekarang ada meja panjang di tengah-tengah cafe, dan agak lebih tertutup atasnya. Jadi kalo ujan, airnya ga masuk. Kalo awal kita ke sana, pas ujan, airnya tampias, dan dingin bener. Karena anginnya bebas hilir mudik. Semua bangkunya dibuat dari kayu. Kokoh banget, dan kursinya ga ada bantalan kursinya. Jadi kalo duduk di sana kelamaan, pantatnya berasa rata. Di deket meja panjang itu, ada pohon besar yang berdiri di tengah cafe tersebut. Kayanya sih, emang di sengaja. Jadi, cafe dan pohon melebur jadi satu.
Untuk pertama kalinya, setelah duduk2 di cafe itu, saya explore liat2 ke sayap bangunan lain. Banyak spot2 menarik untuk di foto dan berfoto-foto tepatnya. Yang paling saya suka, sungai kecil di dekat pintu masuk. Dibuat menarik sama arsitek lanscape-nya. Sebenernya banyak sih, yang bisa diceritain dari Selasar Soenaryo itu sendiri. Tapi dari awal, saya datang ke sini. Saya lebih menikmati suasana cafe yang tenang, kopi dan cemilan yang pas di lidah. Untuk interior-nya, saya juga ga masalah, karena dia ga neko-neko.
Udah deh, dari selasar kita langsung crung kembali ke jakarta. Pulang ke rumah, kami disambut sama si godzila kecil, yang kebetulan terbangun.
Trip yang menyenangkan.
Marieska.